Aku juga suka manggis. suka banget malah. lagi pernah di pasar liat manggis. udah keburu seneng meluap-luap. beli beberapa biji. aku tungguin dengan sabar sampai matangnya pas (kira-kira). wadooh! enak sekali. habis itu ke pasar lagi, looh kok udah habis. sebel! kok musimnya pendek sekali sih?! Demikian penggalan email dari seorang kawan di Jakarta.
Sebenarnya saya pengen bilang, “biar ngak kecewa makanlah hanya yang kamu tanam sendiri !” tapi kalimat ini saya hapus kembali setelah membaca bahwa menanam manggis bisa jauh lebih membuat frustasi. Bayangin aja, sudah menunggu tujuh tahun, tapi ternyata pohon yang digadang-gadang tak pernah berbuah. Jauh lebih kecewa kan?!.
Meski buah manggis sungguh pantas disebut sebagai ratu buah tropis, tapi pohon manggis terkenal tidak mudah dibudidayakan. Mungkin karena manggis merupakan persilangan dari dua leluhurnya, yaitu Garcinia hombroniana dan Garcinia malaccensis (verheij, 1992). Menurut saya, ini yang bikin manggis layak jadi ratu buah tropis. Manggis tak mudah ditaklukkan oleh manusia. Ketika banyak jenis buah-buahan lain sudah diperkosa, dijadikan berbagai varietas baru oleh manusia, manggis tampil konvesional. Sampai saat ini manggis baru bisa dibiakkan dengan bijinya.
Bibit manggis siap tanam dengan tinggi 60 cm. baru bisa didapat pada umur 2 tahun di kebun bibit yang baik. Manggis paling baik ditanam diantara berbagai tanaman lain yang sudah besar sehingga bibit yang ditanam tidak terkena sinar matahari siang secara langsung. Setelah berumur lebih dari 4 tahun, naungan sedikit demi sedikit dapat dikurangi. Menjaga lingkungan tempat tumbuh tetap lembab dengan penyiraman dan penambahan pupuk dari hijauan daun atau pupuk kandang akan meningkatkan prosentase kemungkinan berbuah.
Jika pohon manggis yang kita tanam dapat berbuah maka kerja keras itu akan terbayar dengan kenikmatan yang tak tertandingi. Bahkan orang sakit-pun masih bisa merasakan enaknya buah manggis. Pohon manggis yang berbuah di kebun belakang rumah cukup menjadi bukti bahwa pemilik rumah itu adalah orang yang ulet dan suka bekerja keras.
Sebenarnya saya pengen bilang, “biar ngak kecewa makanlah hanya yang kamu tanam sendiri !” tapi kalimat ini saya hapus kembali setelah membaca bahwa menanam manggis bisa jauh lebih membuat frustasi. Bayangin aja, sudah menunggu tujuh tahun, tapi ternyata pohon yang digadang-gadang tak pernah berbuah. Jauh lebih kecewa kan?!.
Meski buah manggis sungguh pantas disebut sebagai ratu buah tropis, tapi pohon manggis terkenal tidak mudah dibudidayakan. Mungkin karena manggis merupakan persilangan dari dua leluhurnya, yaitu Garcinia hombroniana dan Garcinia malaccensis (verheij, 1992). Menurut saya, ini yang bikin manggis layak jadi ratu buah tropis. Manggis tak mudah ditaklukkan oleh manusia. Ketika banyak jenis buah-buahan lain sudah diperkosa, dijadikan berbagai varietas baru oleh manusia, manggis tampil konvesional. Sampai saat ini manggis baru bisa dibiakkan dengan bijinya.
Bibit manggis siap tanam dengan tinggi 60 cm. baru bisa didapat pada umur 2 tahun di kebun bibit yang baik. Manggis paling baik ditanam diantara berbagai tanaman lain yang sudah besar sehingga bibit yang ditanam tidak terkena sinar matahari siang secara langsung. Setelah berumur lebih dari 4 tahun, naungan sedikit demi sedikit dapat dikurangi. Menjaga lingkungan tempat tumbuh tetap lembab dengan penyiraman dan penambahan pupuk dari hijauan daun atau pupuk kandang akan meningkatkan prosentase kemungkinan berbuah.
Jika pohon manggis yang kita tanam dapat berbuah maka kerja keras itu akan terbayar dengan kenikmatan yang tak tertandingi. Bahkan orang sakit-pun masih bisa merasakan enaknya buah manggis. Pohon manggis yang berbuah di kebun belakang rumah cukup menjadi bukti bahwa pemilik rumah itu adalah orang yang ulet dan suka bekerja keras.